Tujuan liburan ke Jepang kali ini memang khusus ingin merasakan musim panas di Hokkaido. Tapi karena pesawatnya dari Jakarta ke Tokyo, maka wajiblah ke Tokyo dulu semalam untuk mengunjungi Asakusa, satu daerah yang terlewat kami kunjungi pada liburan ke Jepang Desember 2015 yang lalu.
Kami tiba di Narita sekitar jam 2 siang dan langsung menuju penginapan kami Hotel 3000 Jyuraku Asakusa menggunakan kereta Keisei Express. Setelah selesai check-in, barulah terasa laparnya karena terakhir kali kami makan adalah di pesawat hehe...
Kami sholat dulu di hotel kemudian keluar dengan tujuan pertama makan halal ramen di Naritaya Asakusa. Ceritanya sudah di posting di link ini ya.
Ternyata tidak salah kami menginap di daerah Asakusa karena kami mendapatkan suasana yang berbeda dari hiruk pikuk kota Tokyo. Sore menjelang malam itu Asakusa cukup lengang, kami bisa berjalan dengan santai menyusuri gang kecil di daerah Asakusa dan menghabiskan cukup banyak waktu untuk foto-foto di sekitar Sensoji Temple.
Mengunjungi Sensoji Temple
Hari sudah mulai gelap ketika kami keluar dari restoran ramen halal Naritaya di Asakusa. Sore itu kami mengikuti Om Andi yang mengantarkan tas Anello yang saya pesan online:p Jadi ceritanya saya naksir tas Anello di website mereka, namun pengiriman hanya bisa dilakukan ke alamat di Jepang. Saya pun menitipkan ke alamat Om Andi yang adalah sepupu mr.husband yang tinggal di Jepang.
Keluar dari Naritaya Asakusa, ternyata kami sudah sampai di sisi kiri Sensoji Temple. Duh ternyata lokasinya sangat dekat :)
Saat sore menjelang malam daerah Sensoji Temple ini romantis banget loh, perpaduan antara matahari yang baru terbenam dengan lampu yang baru dinyalakan. Ditambah lagi asyiknya: less crowded!
Tapi sebelum foto di Sensoji temple, kami diajak Om Andi ke taman yang ada di samping kuil. Ada sebuah air terjun kecil dan kolam ikan yang cantik.
Kami pun mulai berjalan mendekati Sensoji temple, dan mulai foto-foto. Salah satu foto favorit saya adalah ketika kami berdiri di antara sisi kuno dan sisi modern Tokyo.
Next time ke Tokyo, saya pasti menginap di Asakusa lagi. Secara kota favorit saya di Jepang adalah Kyoto, dan Asakusa ini terasa banget mirip Kyoto:p
Om Andi lalu mengajak kami ke bagian depan temple, kalau teman-teman sering lihat a giant red lentern di Tokyo, itulah ikon dari Sensoji Temple. Kayanya semua yang ke Tokyo wajib banget ya di foto di depan ikon Sensoji Temple ini.
Sayangnya di saat kami mau foto, saya baru ingat bahwa tutup lensa cover Go Pro kami tidak ada lagi di tas saya. "Aduh Ne, kemana ya tutup lensanya?" saya bertanya kepada mr.husband sambil merogoh tas. Terakhir kali kami foto adalah di Naritaya Asakusa.
Lalu saya bergegas kembali ke Naritaya Asakusa sendirian, dan Alhamdulillah masih ada di meja kami. Padahal meja kami sudah dibereskan oleh penjaga restoran, namun tutup Go Pro tidak ia bereskan. "Thank you sister" kata saya kepada penjaga restoran yang malam itu tinggal seorang diri.
Saya kembali bergabung dengan mr.husband, Kiddos dan Om Andi dengan perasaan lega. Kalau baru mulai liburan tutup cover Go Pro sudah hilang, bisa runyam kan ya:D
Daerah depan Sensoji Temple memang asik untuk foto-foto, selain lentera merah yang besar itu, ada sebuah dupa raksasa yang katanya bermanfaat untuk membersihkan diri dari hal-hal yang kurang baik.
"Mau cobain Omikuji enggak?" tanya Om Andi. Kemudian ia menjelaskan bahwa Omikuji adalah sebuah paper fortune yang bisa kita beli dengan membayar JPY100. Bukannya berarti kami percaya dengan hal seperti ini ya, tapi malam itu kami mencoba mengeluarkan Omikuji.
Kami mendekati sisi kanan dari main gate Sensoji Temple dan memasukan uang JPY100 ke dalam sebuah lobang. Kemudian Om Andi mengajarkan Kiddos untuk mengambil stick dari kaleng besi. Pada stick tersebut terdapat tulisan kanji yang harus kita cocokan dengan laci yang juga bertuliskan kanji. PR banget yee kaaan heheh.. Untung ada Om Andi, jadinya tugas mencocokan tulisan kanji ini gampang aja sih malam itu:D
Kemudian Kiddos#1 membuka lacinya dan mengeluarkan sebuah kertas bertuliskan kanji dan Bahasa Inggris mengenai fortune kami. Tulisannya full satu halaman bolak-balik. Sampai saat ini, saya masih menyimpan kertasnya tapi tidak kunjung selesai membaca apa yang tertulis di dalamnya:p
Tapi for the sake of the experience, Omikuji ini bolehlah dicoba :)
Kita juga bisa melipat dan menggantungkan Omikuji di tempat yang disediakan loh. Tapi kami sih membawa pulang untuk disimpan di our travel diary.
Lain kali mungkin harusnya membeli dua, satu untuk dibawa pulang dan satu untuk digantungkan.
Menyusuri Pertokoan di Asakusa Yang Sudah Tutup
Sahabat saya Dini Rosdini menulis komen pada foto Asakusa kami di Instagram, "Saya paling suka Asakusa karena bisa belanja souvenir murah". Ya memang betul, di depan komplek Sensoji Temple ini banyak terdapat pertokoan khususnya yang menjual souvenir.
Tapi karena kami sudah malam berada di sana, tidak ada toko yang buka satu pun. Ada sebuah gerai es krim yang masih buka, namun kami sudah terlalu kenyang makan ramen. Duh padahal es krim yang dijual berwarna ungu, favorit saya:p
Kami berpisah dengan Om Andi karena keesokan harinya ia masih harus kerja. Lalu kami diarahkan untuk mengambil shortcut ke sebuah jalan yang sungguh cantik banget:)
Walaupun tokonya sudah tutup, tapi rolling door-nya aja cakep banget deh.. Ya malam itu kami hanya bisa memandangi rolling door:D Tapi bagus juga sih, dompet saya aman hehehe..
Lalu kami juga masuk ke sebuah gang yang sepi namun banyak sekali dilalui oleh orang yang bersepeda, jadi setiap kali saya harus mengingatkan kedua Kiddos untuk hati-hati.
Someday we will be back :) Daerah ini saya suka bangeeet!
Belanja Uniqlo di Asakusa
Nah walaupun toko-toko souvernirs sudah tutup, tapi tidak demikian dengan shopping malls yang ada di Asakusa. Jadi begitu keluar dari gang kecil ini, kami menemukan jalan lain yang dipenuhi pertokoan yang masih buka.
Kami pun mampir ke Uniqlo yang sayangnya tidak kami foto shopping mall-nya. Kalau udah belanja sibuk deh lupa foto!
Tapi lokasinya dekat McD dan Bunka Hostel, salah satu hostel yang saya incar di Asakusa namun sayangnya tidak memperbolehkan anak untuk menginap di sana.
Sekitar jam 9 malam, kami berjalan kaki kembali ke Hostel. Kaki sudah lumayan pegal, dan mata mulai ngantuk hehe..
Terimakasih Asakusa dan Sensoji Temple yang menyenangkan. Terimakasih sudah membuat transit satu malam di Tokyo sangat berkesan untuk kami.
written on July 19, 2017
Follow twitter & intstagram: @tesyasblog
Like our FB Fanpage to get updates on our blogs: Tesyasblog
See our video on youtube: Tesya Sophianti
Next Post:
Tokyo to Sapporo: Dari Coffeeshop ke Halal Ramen di Sapporo
Hari sudah mulai gelap ketika kami keluar dari restoran ramen halal Naritaya di Asakusa. Sore itu kami mengikuti Om Andi yang mengantarkan tas Anello yang saya pesan online:p Jadi ceritanya saya naksir tas Anello di website mereka, namun pengiriman hanya bisa dilakukan ke alamat di Jepang. Saya pun menitipkan ke alamat Om Andi yang adalah sepupu mr.husband yang tinggal di Jepang.
Keluar dari Naritaya Asakusa, ternyata kami sudah sampai di sisi kiri Sensoji Temple. Duh ternyata lokasinya sangat dekat :)
Jalan yang menghubungkan Naritaya Asakusa dengan Sensoji Temple |
Saat sore menjelang malam daerah Sensoji Temple ini romantis banget loh, perpaduan antara matahari yang baru terbenam dengan lampu yang baru dinyalakan. Ditambah lagi asyiknya: less crowded!
Tapi sebelum foto di Sensoji temple, kami diajak Om Andi ke taman yang ada di samping kuil. Ada sebuah air terjun kecil dan kolam ikan yang cantik.
A very beautiful mini waterfall |
Di kolam ini ada ikan super jumbo, sayangnya tidak ter-capture dalam foto ini ya.. |
Kami pun mulai berjalan mendekati Sensoji temple, dan mulai foto-foto. Salah satu foto favorit saya adalah ketika kami berdiri di antara sisi kuno dan sisi modern Tokyo.
Next time ke Tokyo, saya pasti menginap di Asakusa lagi. Secara kota favorit saya di Jepang adalah Kyoto, dan Asakusa ini terasa banget mirip Kyoto:p
I started to fall in love with Asakusa |
Walaupun orangnya gelap, tapi background-nya cakep hehe.. |
Om Andi lalu mengajak kami ke bagian depan temple, kalau teman-teman sering lihat a giant red lentern di Tokyo, itulah ikon dari Sensoji Temple. Kayanya semua yang ke Tokyo wajib banget ya di foto di depan ikon Sensoji Temple ini.
Sayangnya di saat kami mau foto, saya baru ingat bahwa tutup lensa cover Go Pro kami tidak ada lagi di tas saya. "Aduh Ne, kemana ya tutup lensanya?" saya bertanya kepada mr.husband sambil merogoh tas. Terakhir kali kami foto adalah di Naritaya Asakusa.
Lalu saya bergegas kembali ke Naritaya Asakusa sendirian, dan Alhamdulillah masih ada di meja kami. Padahal meja kami sudah dibereskan oleh penjaga restoran, namun tutup Go Pro tidak ia bereskan. "Thank you sister" kata saya kepada penjaga restoran yang malam itu tinggal seorang diri.
Saya kembali bergabung dengan mr.husband, Kiddos dan Om Andi dengan perasaan lega. Kalau baru mulai liburan tutup cover Go Pro sudah hilang, bisa runyam kan ya:D
Daerah depan Sensoji Temple memang asik untuk foto-foto, selain lentera merah yang besar itu, ada sebuah dupa raksasa yang katanya bermanfaat untuk membersihkan diri dari hal-hal yang kurang baik.
Tempat pembakaran dupa dan the big lentern as the background |
Entah apa yang Kiddos bahas dengan Om Andi, tapi ketawanya asyik banget:D |
The main gate of Sensoji Temple |
"Mau cobain Omikuji enggak?" tanya Om Andi. Kemudian ia menjelaskan bahwa Omikuji adalah sebuah paper fortune yang bisa kita beli dengan membayar JPY100. Bukannya berarti kami percaya dengan hal seperti ini ya, tapi malam itu kami mencoba mengeluarkan Omikuji.
Kami mendekati sisi kanan dari main gate Sensoji Temple dan memasukan uang JPY100 ke dalam sebuah lobang. Kemudian Om Andi mengajarkan Kiddos untuk mengambil stick dari kaleng besi. Pada stick tersebut terdapat tulisan kanji yang harus kita cocokan dengan laci yang juga bertuliskan kanji. PR banget yee kaaan heheh.. Untung ada Om Andi, jadinya tugas mencocokan tulisan kanji ini gampang aja sih malam itu:D
Kemudian Kiddos#1 membuka lacinya dan mengeluarkan sebuah kertas bertuliskan kanji dan Bahasa Inggris mengenai fortune kami. Tulisannya full satu halaman bolak-balik. Sampai saat ini, saya masih menyimpan kertasnya tapi tidak kunjung selesai membaca apa yang tertulis di dalamnya:p
Tapi for the sake of the experience, Omikuji ini bolehlah dicoba :)
Mengeluarkan our fortune paper |
Kita juga bisa melipat dan menggantungkan Omikuji di tempat yang disediakan loh. Tapi kami sih membawa pulang untuk disimpan di our travel diary.
Lain kali mungkin harusnya membeli dua, satu untuk dibawa pulang dan satu untuk digantungkan.
Omikuji dilipat kemudian disimpan di sini |
Menyusuri Pertokoan di Asakusa Yang Sudah Tutup
Sahabat saya Dini Rosdini menulis komen pada foto Asakusa kami di Instagram, "Saya paling suka Asakusa karena bisa belanja souvenir murah". Ya memang betul, di depan komplek Sensoji Temple ini banyak terdapat pertokoan khususnya yang menjual souvenir.
Tapi karena kami sudah malam berada di sana, tidak ada toko yang buka satu pun. Ada sebuah gerai es krim yang masih buka, namun kami sudah terlalu kenyang makan ramen. Duh padahal es krim yang dijual berwarna ungu, favorit saya:p
Salah satu toko yang masih buka malam itu |
Kami berpisah dengan Om Andi karena keesokan harinya ia masih harus kerja. Lalu kami diarahkan untuk mengambil shortcut ke sebuah jalan yang sungguh cantik banget:)
Walaupun tokonya sudah tutup, tapi rolling door-nya aja cakep banget deh.. Ya malam itu kami hanya bisa memandangi rolling door:D Tapi bagus juga sih, dompet saya aman hehehe..
Lalu kami juga masuk ke sebuah gang yang sepi namun banyak sekali dilalui oleh orang yang bersepeda, jadi setiap kali saya harus mengingatkan kedua Kiddos untuk hati-hati.
Someday we will be back :) Daerah ini saya suka bangeeet!
Belanja Uniqlo di Asakusa
Nah walaupun toko-toko souvernirs sudah tutup, tapi tidak demikian dengan shopping malls yang ada di Asakusa. Jadi begitu keluar dari gang kecil ini, kami menemukan jalan lain yang dipenuhi pertokoan yang masih buka.
Kami pun mampir ke Uniqlo yang sayangnya tidak kami foto shopping mall-nya. Kalau udah belanja sibuk deh lupa foto!
Tapi lokasinya dekat McD dan Bunka Hostel, salah satu hostel yang saya incar di Asakusa namun sayangnya tidak memperbolehkan anak untuk menginap di sana.
Bunka Hostel yang berlokasi di salah satu shopping street di Asakusa |
Sekitar jam 9 malam, kami berjalan kaki kembali ke Hostel. Kaki sudah lumayan pegal, dan mata mulai ngantuk hehe..
Terimakasih Asakusa dan Sensoji Temple yang menyenangkan. Terimakasih sudah membuat transit satu malam di Tokyo sangat berkesan untuk kami.
Jalan kaki kembali ke hotel 3000 Jyuraku |
Tetep ya Dek makan es krim... |
written on July 19, 2017
Follow twitter & intstagram: @tesyasblog
Like our FB Fanpage to get updates on our blogs: Tesyasblog
See our video on youtube: Tesya Sophianti
Next Post:
Tokyo to Sapporo: Dari Coffeeshop ke Halal Ramen di Sapporo
Previous Post:
Makanan Halal di Asakusa
wah asakusa keren juga di malam hari, waktu kesana masih siang dan rame banget.
ReplyDeleteTapi enggak bisa belanja apa-apa Mas hehe..
DeleteHai Mba Dewi, waaah inep di Bunka, colek aku di IG @tesyasblog ya, ingin liat dalamnya kaya apa. Have fun ya di JP :)
ReplyDelete