Pages

Guestpost: Liburan Keluarga ke Gorontalo


It was one of those ordinary days, sewaktu notifikasi di smartphone menyampaikan bahwa ada email masuk dari Mba Sari, pembaca blog yang sudah saya kenal melalui dunia maya. Mba Sari yang baik hati mengirimkan tulisannya tentang liburan keluarga ke Gorontalo. One of the cities on my 2017 bucketlist! Kemudian saya larut membaca cerita Mba Sari, yang merubah hari biasa saya menjadi istimewa, seakan saya berada di Gorontalo.

Saya tidak mengikuti semua promo tiket pesawat yang muncul beberapa minggu belakangan ini (Air Asia, Qatar, MH, etc), karena sudah jelas alokasi bujet kami adalah untuk membeli tiket ke Gorontalo. Satu-satunya event untuk berburu tiket pesawat yang kami tunggu adalah Garuda Travel Fair yang akan dilangsungkan bulan Oktober 2016. 

Thanks a lot Mba Sari, semoga dengan tulisan ini semakin banyak keluarga Indonesia yang berlibur ke Gorontalo. Yuk, kita baca cerita serunya.


A Guestpost by Sari Tondi Desiona

Hi mba Tesya, boleh ya aku share a little bit of our last trip experience. I hope this will be beneficial for tesyaskinderen's readers.


Mba Sari and the whole family


Gorontalo adalah kampung halaman suamikuh tercinta Johny Panigoro. Setelah 14 tahun menikah kami belum pernah pulang kampung:D Gini ya dilema orang Jakarta, mau pulang tapi kok ribet banget, termasuk cuti yang tidak berpihak kepada suami. Enggak bisa lama-lama, soalnya proyek bergantung padanya. Jadi, yaah gitu deh.. 

Supaya enggak maju mundur syantik lagi, maka bulan April 2016 pada saat Garuda Travelfair, kami putuskan membeli tiket dan Alhamdulillah mendapatkan harga promo. Kira-kira untuk seorang tiket Jakarta Gorontalo PP Rp 1,9 juta. Lumayanlah daripada enggak jadi..hihi.. 

Kami memutuskan untuk stay 8 hari di Gorontalo. Ini pertama kalinya buat aku and the girls trip ke Gorontalo. Jadi udah kebayang akan serunya pengalaman kami nanti.

Sebenarnya niat suami ajak kami "pulkam" adalah melihat Tumbilotohe, tradisi pasang lampu/ lilin diseluruh kota Gorontalo. Tumbilotohe hanya berlangsung 3 hari sebelum malam takbir, jadi kami berangkat tanggal 30 Juni 2016, masih ada waktu untuk menyaksikan tradisi masyarakat Gorontalo yang tetap dilestarikan sejak jaman nenek moyang ini. 





Wow, kompak sekali masyarakat di Gorontalo. Semua penjuru rumah, gedung pemerintahan, lapangan, sawah, bahkan sungai, dipasang lampu lilin yang indah. Kami keliling kota naik "bentor" yaitu bendi/ becak motor andalan warga. Seruuuu sekali melihat lampu2 cantik sepanjang jalan plus suara musik yang kencang!!.. Ampuun deeh, betul-betul "pol" tuh speaker dari setiap rumah.. hahaha. Tapi seru banget, karena kami enggak mungkin melihat yang seperti ini di Jakarta.

Kami juga mampir ke Benteng Otanaha, peninggalan bangsa Portugis dijaman penjajahan. Benteng yang bertingkat ini terdiri dari benteng-benteng kecil dan sebuah benteng besar di tingkat paling atas. We took pictures with Limboto Lake in the background.. Cantik sekali pemandangan dari atas. 




Sayangnya, danau Limboto sedang dalam pembangunan jalan dan pengurukan tanah. Katanya akan dibangun fasilitas penginapan dan wisata untuk para turis.. Hmm, kapan ya selesainya?  Miris melihat tanah2 merah yg menutupi keasrian alam sekitar, juga banyak tanaman enceng gondok yang menutupi permukaan air danau.. Sepertinya pemerintah harus lebih fokus dalam membenahi wisata Indonesia tanpa membuat banyak kerusakan. Pastinya potensi wisata kita akan jauh lebih maju.

Naah... the highlight of the trip is Hiu Paus.. Yes, whale shark! Hiu yang besaaar ukurannya tapi jinak sekali. Saat ini pemerintah dan masyarakat Gorontalo sedang mengedepankan wisata yang satu ini. Termasuk wisata bahari, salah satu tourist attractions di Gorontalo yang sedang happening ini benar2 membawa warna baru perjalanan kami. 

One of our cousins told us to visit Botu Barani Village and feed the friendly sharks there! Indeed, they're surprisingly very  friendly. Awalnya ragu berlayar ke tengah Teluk Tomini.. Etapi enggak tengah-tengah banget dink.. lebay aja..hihi. Dari bibir pantai Botu Barani kami naik perahu kecil (literally kecil!) yang muat untuk 3 dewasa. Kami beruntung berukuran mini sehingga cukup 4 orang malah plus 1 pemandu yg merupakan warga sekitar. 

Awalnya agak parno ya sama gelombang yang lumayan sore hari itu, berangin tapi untung enggak hujan. Setelah beberapa saat kami pun menyesuaikan diri dengan ayunan ombak jadi rasa deg2an berganti dengan rasa penasaran. Perahu lain sudah tiba on the spot tapi masih ada ruang buat kami.  




Hiu paus mulai terlihat mondar mandir di bawah perahu kami. Pemandu kami memberitahu untuk memanggil hiu datang, kita harus menepuk air dibawah perahu dengan tangan. "Waah.. takut Buuun!!", the girls shouted. Tidak lama munculah 1 hiu dari bawah perahu kami and it was huuge..!! Even bigger than the boat. Padahal itu belum emaknya loh.. 

Induk hiu terlihat mondar mandir di bawah tapi tidak menghampiri perahu kami. Pemandu mulai memberi makan limbah udang yang kami beli sebelumnya dipantai. And guess what? Si hiu membuka mulutnya lebar2 dan melahap bahkan menyedot air sekitar dengan cepat!.. Wow, to witness that in person.. I can't even. Kami serempak berteriak, takjub dengan ciptaan Allah yang satu ini. 

Benar-benar kami enggak menyangka bisa melihat up close and personal hiu paus dari Gorontalo ini.  




The sharks were fed by the people in the village around 2 years ago, hence the phenomenal  whale sharks in Botu Barani village came to be. Warga sekitar menganggap hiu-hiu ini sebagai teman dan karenanya hiu ini pun menjadi jinak. Sejak saat itu sekitar 5-12 hiu paus datang secara rutin ke arah pantai dan regular divers pun mendengar hal ini. 

Kini pemerintah, termasuk ibu Susi memberikan perhatian dan kucuran dana utk kelangsungan wisata alam bahari ini.  Bahkan saat kami berkunjung, artis ibukota (e ciee..) spt Reza Rahadian dan Chelsea Islan baru saja selesai melihat hiu, Reza bahkan menyelam karena saking gemesnya :D. Liputan ini ada di salah satu  infotainment news loh.  

Warga pun terlihat kompak menjaga kebersihan laut dengan pengumuman melalui speaker dari pinggir pantai utk tidak membuang sampah ke laut. Harga perorang utk naik perahu Rp 15 ribu dan untuk limbah udang Rp 10 ribu saja/kantong. Bisa juga duduk2 dipantai menikmati pemandangan Teluk Tomini dengan membayar bangku (bench) beratap seharga 10 ribu/jam. Enggak mahal kaan? 

Pastinya seru dan tak terlupakan. Wisata ini cocok untuk keluarga terutama para pecinta alam bahari. Bangga dengan Indonesia, terutama Gorontalo. Semoga kita sebagai sesama mahluk hidup dapat saling menjaga keseimbangan alam dan tidak mengexploitasi berlebihan ya. Pastinya alam akan baik terhadap kita jika kita berlaku baik dan menjaganya. Aah..jadi pengen balik ke Gorontalo niiih...hadeeuuh :)

PS. Saat tulisan ini dibuat, suamiku inform bahwa hiu sudah tidak muncul lagi di sekitar pantai. Rupanya mereka sudah berenang bebas ke habitatnya.

Sayangnya kami tidak jadi mengunjungi Pulo Cinta wisata baru yang digadang gadang seperti Maldives nya Gorontalo, berhubung sedang bulan puasa. Kayaknya enggak sreg ya ke cottage tapi enggak puas maen air gituu.. Lain kali we'll definitely go there. 

See u next time Gorontalo:)



About Sari Tondi Desiona:
A little about me.. Well, I'm a mother of two, Anayya 13yo and Andrea 9yo. I also teach at LIA Pramuka for 15 years now. Aku lulusan Sastra Jepang tapi ngajar bahasa Inggris hahaha.. I'm a movie freak.. sangat sangat suka movies. Love music, in fact me and my hubby were band mates back then when we're young. Membaca juga salah satu hobby aku dan sesekali menulis. Sekarang kegiatanku lebih banyak mengajar dan mengurus anak-anak. Sort of doing run errands, pick up the girls begitulah..seperti kebanyakan ibu rumah tangga di ibukota. But I love it! Mimpi lama yang sekarang mulai kutularkan adalah traveling.. My husband and the girls now enjoy traveling and always looking forward to it. Thanks to you mba Tesya, since I found your blog, our life has changed.. True.

4 comments:

  1. Thx a lot mba Tesya for putting my story up in your blog. This blog of yours ya mba has been my 'me time' along with a cup of coffee whenever I need a mood boost, jadi udh nyandu sama blogmu..hahaha. Glad I've 'found' you mba Tesya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku yang makasih Mba Sari, udah mau nulis buat tesyaskinderen :)

      Delete
  2. Seru banget bisa ngasih makan hiu paus di sana. Hiu pasnya ampak jinak. Lihat di IG banyak jg yang berenang bareng hius paus.. Aku sampe terkesima.. :D Udah gak sabar ke Gorontalo ya Mba Tesya? Hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya udah ga sabar. Ini aku baru pulang dari Makassar dan Palu, dan pas pulang I made a self promise tahun 2017 mau menyambangi beberapa tempat di Sulawesi, Insya Alloh.

      Delete