Live blogging from Bali
"We are flying to Bali just one minute before Komodo
Airport was closed" pengumuman dari Pak Pilot membuat kami kembali
bersyukur sudah berada di pesawat Garuda Explorer dari Labuan Bajo ke Bali.
Lihat boarding time nya jam 12.45. Kami naik pesawat yang gagal berangkat siang. Banyak penumpang yang tidak bisa dihubungi |
Saya jadi ingat ketika beberapa hari sebelum berangkat ke
Labuan Bajo. Sayalah yang paling khawatir pesawat kami di cancel karena Gunung
Raung. Namun semua peserta yakin berangkat. Bahkan mr.husband berkata,
"Udah kita pergi aja dulu, pulangnya lihat nanti."
Jam 12.00
Di lobby hotel La Prima, kami berpisah dengan @ibupenyu dan Kak
Windy. Mereka akan melanjutkan perjalanan, sementara kami menunggu pesawat sore
itu.
Kak Windy, @ibupenyu dan para tukik |
Jam 14.00
Makan siang terakhir di Labuan Bajo |
Kami lagi asyik makan siang di restoran Italia favorit kami
Mediteranio, ketika Iwan datang dan menyampaikan berita yang membuat kami
tegang, "Airport Ngurah Rai tutup jam 1 siang tadi dan baru buka jam 6
pagi besok! Ini Iwan di telepon sama Garuda."
"Whaaat?"
Jadwal pesawat Wings kami 15.45, sedangkan Garuda Iwan jam
16.00. Connecting flight kami Lion, berangkat dari Bali ke Jakarta pukul 6
sore. Karena tidak ada telepon atau apapun dari pihak Lion, kami langsung
berangkat ke bandara.
Jam 14.30
Kami tiba di Bandara Komodo. Barulah kami membaca notifikasi
tertulis di bandara bahwa pesawat Wings dibatalkan. Ealaaah susah banget kali
ya buat Wings untuk ngasih tau konsumen by phone?
Pengumuman Wings hanya tertempel di tembok, di belakang pengumuman Garuda ini. |
Tiket Garuda keluarga Iwan di reschedule menjadi besok pagi.
Sementara tiket Wings kami di refund. Tanpa pihak Wings mau tahu kami bisa
pulang naik apa! Ketika kami tanya ada lagi jadwal pesawat kapan, petugas
menjawab tgl 29 Juli. Astagfirulloh, terus kami mau ngapain aja di Labuan Bajo?
Saya googling mencari ferry ke Lombok, sambil bertanya kepada
Main Dealer Honda di Mataram mengenai bandara di sana. Katanya aman. Tapi
ketika saya bertanya apakah ok jika saya naik ferry ke Lombok dengan anak? He
said a big NO NO!
Ketika googling, on its first page ada pengalaman Kak Halim
naik ferry ke Denpasar, via Mataram. Saya tanya via sms ke Kak Halim, ia pun menyarankan
tidak naik ferry ke Lombok.
Jam 15.00
Kami putuskan untuk menginap semalam lagi di Labuan Bajo. Hotel
Jayakarta sedang promo di Bandara dan menawarkan kamar Rp 500 ribu per malam.
Kami pun memesan 4 kamar, 2 untuk Iwan dan 2 untuk saya. Dengan free shuttle
dari Jayakarta, kami diantarkan ke hotel.
Rencananya, kami akan eksekusi tiket setibanya di hotel nanti.
Pada saat antre untuk membatalkan tiket Wings dan Lion, kami sudah mencari via
Skyscanner, ada penerbangan dari Labuan Bajo ke Kupang besok hari. Dan kami
akan lanjut dari Kupang ke Jakarta.
Jam 15.30
Tiba di hotel Jayakarta, Kiddos langsung minta renang. Eh emang
keren banget pool area-nya! Tapi saya bujuk mereka, "Tunggu sampai di
kamar ya!" Btw, saya nyesel enggak sempet foto-foto di Jayakarta, lagi rempong banget saat itu.
Kami membuka laptop di lobby, sementara keluarga Iwan yg sudah
pasti berangkat besok pagi masuk ke kamarnya.
Saat mencari tiket pesawat, semua penerbangan sudah penuh.
Bahkan Skyscanner yang sebelumnya memperlihatkan ada penerbangan ke Kupang,
ketika kami klik "next" tidak membuahkan tiket. Penerbangan tercepat
ke Kupang baru ada tanggal 27 Juli!
15 menit kemudian ketika kami masih kebingungan mencari tiket
di lobby, ada beberapa tamu bule yang ribut, kira-kira beginilah hasil nguping
saya, "Bandara Bali dibuka lagi. Pesawat Garuda akan berangkat jam 5 sore
dari bandara Komodo!"
Mau pingsan rasanya!!
Saya langsung telepon Iwan untuk turun ke lobby. Kami pun
bersiap dan kembali ke bandara. Kami sudah membayar kamar hotel loh, dan yah
untungnya udah sempat main sebentar di sana juga numpang ke toilet:D
Rombongan yang dibatalkan Wings pun ikut berangkat. Kami akan
go show saja, karena kami tadi siang melihat ada dua pesawat Garuda Explorer di
Bandara.
Jam 16.10
Kami tiba kembali di Bandara Komodo. Keluarga Iwan bisa
langsung boarding, sementara keluarga besar saya berjumlah 8 masuk waiting
list. Sempat pesimis, "Waiting list yang terbang biasanya hanya 2
orang" kata petugas dengan ketus. Saya mengerti pasti dia stress
dikerubuti penumpang sejak siang. Kakak saya, Cia, menjawab baik-baik, "Ok
Pak, tapi kami boleh ya menulis nama kami saja dulu?" Ia pun mengangguk.
Kehebohan rebutan tiket Garuda Indonesia |
Cia kemudian menuliskan nama kami ber-8. Dan petugas masih
dengan jutek memperlihatkan daftar penumpang yang harus ia hubungi. Saya
pasrah, tidak berhenti meminta dan berdoa, "Ya Alloh bantulah
kami..."
Alhamdulillah Kiddos sama sekali tidak rewel. Mereka asyik main
kartu, sambil duduk dan menjaga koper dan backpack kami. Well done boys!
Jam 17.00
Petugas bandara mengumumkan 15 seats available. Nah kebayang kan
rebutan seperti apa? Entah siapa yg mulai, keluarlah kartu GFF (atau namanya
Garuda Miles sekarang). Pertolongan Alloh SWT lah kartu Garuda Miles saya ada
di dompet (biasanya ada di rumah), jenisnya pun kebetulan gold. Katanya gold
first priority karena tidak ada yang punya platinum dari beberapa penumpang
yang mengeluarkan kartu Garuda Miles saat itu.
"This is our company rule, Garuda Miles member get first
priority on the waiting list" begitu petugas yang nampak seperti leader di
bandara Komodo menjelaskan kepada para calon penumpang yang rebutan kursi
pesawat ke Bali di meja kecil.
Tapi kan yang gold cuma saya, keluarga Kakak Ipar saya dan
mr.husband kartu Garuda Miles nya blue. Sementara itu di group kami 2 anak dan
2 dewasa tidak ada kartu Garuda Miles.
Saya coba dekati petugas yang tadi berbicara, saya perlihatkan
luka Kiddos#2 yang bibirnya sobek waktu jatuh di kapal. "Pak, kartu saya
gold, tapi kan anak saya enggak punya. Saya butuh ke rumah sakit memeriksa luka
anak saya", ucap saya setengah memohon. Sang Bapak menjawab seraya menunjuk
temannya di belakang meja, "Ibu bilang aja sama petugas." katanya.
Saya jawab, "Sudah Pak, tapi enggak didengar". Somehow, at that
point of time I knew I had won his heart. Tapi dia pun enggak bisa berbuat
banyak.
Traveler bule marah-marah, "Life is unfair. Everyone has
Garuda Miles here. We are Spanish we don't have that card". Dia juga
protes sama group kami "Not all of you have cards, how can you all on the
list?" Saya jawab, "I am traveling with my children". Dia jawab
nyolot, "So you can stay here with your children!" Saya udah kesel
banget, "I need to go to the hospital, my son fell on the boat
yesterday". Dia akhirnya diam. Kalau masih nyolot, mau saya kasih liat
bibir Kiddos#2 yang robek.
Jam 17.30
Petugas sudah mencetak satu lembar dengan 8 nama kami
terdaftar di dalamnya (total ada 15 nama disitu). Kami antre lagi untuk
mendapatkan tiket. Satu per-satu nama kami dipanggil. Kami harus membayar
per-orang Rp 1.750.000. Mahal kan?! Tapi kami tidak bisa menunggu sampai
tanggal 29 Juli untuk kembali ke Denpasar!
Sementara itu Iwan dan keluarga yang sudah ada di pesawat terus memantau kami via WA
group, "Tes gimana?" Saya jawab, "Aku ama Arkan udah, dua lagi
belum".
Saat itu bapak petugas yang sudah melihat luka Kiddos#2
mendekati saya, "Ibu gimana udah dapat tiket?" Saya jawab bahwa
tinggal menunggu tiket untuk mr.husband dan Kiddos#1.
Jam 17.45
Deru suara pesawat sudah terdengar, kami harus segera
berangkat. Akhirnya saya dan Kiddos#2 duluan boarding. Kami lari-lari ke
landasan pesawat. Bangku kami terpisah jauh, saya nomor 29 dan Kiddos#2 nomor
37. Untungnya ada dari rombongan kami yang duduk di nomor 29. Jadi kami sibuk
berganti tempat duduk setibanya di atas pesawat.
Saya mulai mengirimkan WA lagi ke group, "Semua udah dapat
tiket, tinggal nunggu masuk pesawat, Wan". Ternyata Iwan ada di pesawat
belakang kami. Jadi setelah konvoi dua kapal dari Labuan Bajo ke Komodo, sore itu kami konvoi dua pesawat.
What an experience!
Jam 17.59
Kedua pesawat Garuda Explorer kami terbang dari Bandara Komodo ke
Denpasar.
Sore itu ditutup dengan melihat kebesaran Alloh SWT dengan
indahnya horizon di kala sunset.
Sunset yang kami nikmati dari pesawat |
Rasanya saya ingin menangis ketika berdoa di dalam hati,
"Terimakasih Ya Alloh atas pertolongan-Mu" Semuanya bisa berangkat
dalam satu pesawat. Awalnya tidak mungkin, namun karena pertolongan-Nya
segalanya jadi mungkin.
Jam 19.30
Pesawat mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali, semua bertepuk
tangan tanpa terkecuali. Yaa.... setelah kehebohan di Bandara Komodo tadi,
seluruh penumpang lega dan bahagia bisa tiba di Bali.
At least sudah sampai di Bali, naik bus ke Jakarta pun bisa.
Pesawat lebih banyak pilihan. Atau jika harus extend di Bali, mencari transport
lebih mudah dibandingkan di Labuan Bajo.
Alhamdulillah tiba di Bali |
Kami mengambil bagasi dan pergi ke gate keberangkatan. Lalu
kami menuju ke ruangan di sebelahnya, ada counter penjualan Lion, Garuda, Air
Asia dan lainnya.
Bertemu lagi dengan keluarga Iwan di bandara |
Keluarga Cia antre di Garuda, akhirnya ia mendapatkan pesawat
Garuda jam 1 malam itu juga. Kami awalnya antre di Lion, memeriksa apakah
pesawat kami ke Jakarta masih bisa berangkat. Namun tiket kami sudah confirmed
cancel, dan ketika ingin membeli yang baru, petugas mengatakan baru ada hari
Senin tanggal 27 Juli! Apaah??!
Di counter Lion Bandara Ngurah Rai |
Sementara itu sepupu kami Tante Princess karena tidak bisa
memperlihatkan kartu kredit saat di Bandara Komodo, tiketnya belum ter-cancel.
Ia bisa berangkat dengan Lion malam itu. Horeee... :)
Keluarga Iwan menginap semalam di Bali, karena memang jadwalnya baru besok berangkat ke Bandung.
Akhirnya kami antre di counter Air Asia. Saya sudah memeriksa
harganya ada yang promo namun untuk keberangkatan tgl 27 Juli jam 9 malam!
"Ibu berapa orang?" tanya petugas Air Asia. Saya jawab, "Empat
Pak, yang tercepat available kapan ya?" Ia lalu menjawab," Hari Sabtu
jam 6 sore. Atau kalau mau hari Minggu banyak pilihan jam nya."
GLEK!!
Saya dan mr.husband saling berpandangan, akhirnya kami eksekusi
juga tiket Air Asia dan memutuskan untuk memperpanjang liburan kami di Bali.
Harga tiket kami ke Jakarta sama dengan biaya refund yang akan dibayarkan oleh
Lion ke kartu kredit saya.
Langkah berikutnya adalah memesan hotel, dan setelah
berkonsultasi dengan teman kantor di Denpasar, ia menyarankan di Sunset Road
agar dekat dengan Siloam Hospital. Kami akan memeriksakan luka Kiddos#2 di
sana.
Suasana saat itu, Kiddos ngantuk. Sementara saya pesan hotel via smartphone |
Sejurus kemudian kami sudah ada di taksi menuju Harris Sunset Road. Kami hanya booking satu malam saja, karena belum tahu akan kemana di
Bali. Amed? Lovina? Nusa Lembongan? Hmm kayanya di hotel aja deh, berenang:D Saat saya menulis posting ini, kaki masih lemes rasanya melewati semua ketegangan di Bandara Komodo.
Begitulah kisah kami hari kemarin... Kami sangat bersyukur sudah tiba
dengan selamat di Bali.
Ketika traveling bersama keluarga tidak sesuai rencana, sabar
aja, yakinlah semua sudah ditakdirkan. Kekompakan keluarga besar kami juga
diuji hari ini. Alhamdulillah kami bisa melaluinya dengan baik.
Dan yang paling penting hari ini kami kembali diingatkan bahwa
pertolongan Alloh SWT akan datang dari segala arah jika kita terus berdoa. Alhamdulillah.
written on July 23, 2015 by @tesyasblog
tesyasvlog Komodo:
See our video during our family trip to Komodo Day 1
Video Day 2:
Previous Post:
Liburan ke Komodo Day 1: Mendadak Transit di Bali
Liburan ke Komodo Day 2: Merinding Melihat Ribuan Kalong
Liburan ke Komodo Day 2: Merinding Melihat Ribuan Kalong
Komodo Trip With Kids:
Visiting Rinca Island
Thousand of Bats at Kalong Island
Snorkeling in Kelor Island
The Beauty of Pink Beach
Sunset at Gili Lawa
PS: lanjutan liburan ke Komodo Day 3 dan 4 nya akan ditulis menyusul ya!
Seru banget. Alhamdulillah kiddos gak rewel, dan kalian aman2 & sehat. Semoga kiddo#2 binirnya cepat pulih dan kalian bisa segera kembali ke Jakarta dgn aman sentosa!
ReplyDeleteMakasih Tante Vira, kami masih tegang nunggu hari Sabtu tiba. Amiiin, semoga lancar kembali ke Jakarta.
DeleteIkut tegang pas terima sms kak Tesya, syukurlah semua lancar meski dapat tiket mahal ya hehehe. Petualangan keluarga tesyablog! ^_^
ReplyDeleteDitunggu keseruan extend di Bali nya, kak ^^
Makasih ya Kak Halim untuk petunjuknya. Enggak kebayang kalau saat itu aku maksain pake Ferry...
DeleteTegang banget mbak Tesya liburannya... ga tau deh kalo misal kejadian sm aku, pasti dah panik abis.
ReplyDeleteSama kok Mba Sheni aku pun udah panik abis, apalagi pas tau susah pulang dari Labuan Bajo kalau enggak pake pesawat ke Denpasar. Jadi saat itu kami bener-bener beruntung bisa sampai ke Bali...
Deletewhew, efek gunung raung ini lumayan juga ya :O tetapi namanya juga musibah, demi keselamatan penerbangan dan orang banyak. Yang penting bisa pulang deh :D
ReplyDeleteIya Kak Fahmi, masih nunggu besok hari Sabtu 25 Juli untuk pulang ke Jakarta. Doain lancar ya.
DeleteGa kebayang ya kak apalagi dengan jumlah pasukan segitu. Cukup riweh. Tapi untung yaa. What an experience bgt ini. Aku tegang bacanya (duuh absurb nih tegang apaan coba :p)
ReplyDeleteKak Bob, it's the perks of traveling with family:D
DeleteAku ampe lemes kaki sehari setelahnya juga. Hahahah...
Oke, aku bacanya aja udah kerasa banget serunya mbak :3 aaaaah keren :D
ReplyDeletePengalaman deh ya Kak, libur lebaran plus efek gunung raung.
DeleteYa ampun aku ikut deg-degan deh baca posting ini. Tapi kejutan-kejutan kayak gini yang nambah pengalaman liburan ya mbak, walaupun pas dijalanin bikin emosi tingkat tinggi.
ReplyDeleteBtw… Mbak Tesya kerja di Honda motor kah? Dulu alm. papaku kerja di AHM.
Hai Mbak...iya Alhamdulillah ketika menjawab komen ini, kami udah kembali di rumah:)
DeleteOhya dulu di AHM juga Almarhum Papa nya?
Watta memorable experience... Mba kiddos #2 kenapa? Aku yang kelewatan baca cerita atau mmg belum diceritain? Smoga smua sehat2 sampai di rumah ya..
ReplyDeleteHai Mbak Fluory, jatuh di boat pas pagi hari terakhir, dan bibir dalamnya sobek. Iya belum aku ceritain memang Mbak hehe.
DeleteAlhamdulillah udah nutup sekarang sobeknya. Makasih doanya Mbak.
Jd ngiri, pgn bisa jalan2 jauh kya mbak :(
ReplyDeletePasti bisa kok :)
DeleteSeru mba Tesya. Dan thanks everything is fine.
ReplyDeleteMba, aku coba nulis kayak tulisan mba ini wah kalimatnya msh amburadul. Hahahaha...
Hai Mas Adit, mana link nya aku mau bacaaaa!
DeleteWuaaaaaa...
DeleteHeran gw mba, nulis kok kalimatnya blm bisa flowing kayak mba tesya gitu yah.
Hehehehehe
Mana sih coba kasih donk link nya:D
DeleteKak Tesya hebat banget masih bisa ngeblog dan foto2 disaat seperti ini :-D
ReplyDeleteHahaha biar ada kenang2an Kak Nanda :)
DeleteHallo Tesya, salam kenal... Blognya keren banget.... Kok baru nemu sekarang ya? Keluargaku juga suka travelling..... Seneng deh baca pengalaman travelling kalian.....
ReplyDeleteHai Kak, salam kenal ya:)
DeleteIya kok aku juga baru nemu skrg. Aku masukin blog nya ke list Indonesian Family Travel Blogger apakah boleh?
Kami sedang mengalami hal yg sama, tesya, tertahan dk labuan bajo
ReplyDeleteHai Mbak Donna, what an experience ya Mbak (:
Deletehihihihi seru mba...semangat. tapi kok...kalo sering travelling...sering sering gitu yah. alamaaaak..
ReplyDeleteIya Mba, jadi ambil pelajaran untuk beli asuransi pelajaran aku sih hehe.. Semoga kasus Mba bisa selesai dengan aman dan damai ya.
Delete