"Besok pagi kita berangkat jam berapa Teh?" tanya Dini kepada saya ketika kami berpisah untuk menuju kamar masing-masing. Saya jawab, "Jam 8 ya Din"... dan ternyata keesokan paginya, Dini sudah siap jam 8, sementara kami baru siap jam 08.30. Haduh, maapkan Diiin.. Pagi itu kami baru akan memulai roadtrip sungguhan pertama kami di New Zealand yaitu dari Queenstown ke Glenorchy yang bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Kami meninggalkan Queenstown diiringi sign "Take the drive to Glenorchy".
Yes, we were heading to the right way |
Sepanjang jalan kami disuguhi pemandangan yang menakjubkan, bisa dibilang inilah perjalanan terindah kedua selama kami roadtrip di New Zealand. Hmm, sementara pemandangan terindah selama roadtrip di New Zealand nomor satu (menurut saya) adalah perjalanan dari Lake Pukaki ke Lake Tekapo yang di kiri dan kanan jalan dipenuhi bunga lupin. Sabar ya menunggu tulisan tentang Lake Pukaki.
Saat kami tiba di Glenorchy, Rene sempat menanyakan apakah kami mau langsung ke kota atau ke Paradise terlebih dulu. Saya pun menjawab ke Paradise dulu aja, sebelum rombongan tour yang lain datang.
Dari teman saya Pak Teguh, kami sudah diberikan informasi untuk jalan terus menuju sebuah wilayah bernama Paradise, ketika kami mengunjungi Glenorchy. Paradise ini dipakai menjadi salah satu tempat untuk tempat shooting film Hobbit. Kami juga diingatkan bahwa jalannya berbatu. Namun saya kaget juga ketika jalanan aspal berubah menjadi jalan berbatu. "Aha, di New Zealand ada juga jalan rusak", pikir saya.
Jalan berbatu menuju Paradise |
Mobil kami yang sedan sungguh tidak cocok untuk rute ke Paradise. Kami berpapasan dengan mobil berisi wisatawan yang mengikuti Hobbit tour yang kesemuanya menggunakan mobil jeep. Kami tidak berani lewat lebih jauh lagi. Kami putar balik setelah melewati kawasan hutan, dan juga berfoto di dalamnya. Adakah hutan ini menjadi setting film Hobbit? We should have taken the Hobbit tour for sure!
mobil sedan kami menembus kawasan hutan |
Hutan nan indah dengan giant trees |
Entah apa yang akan kami temukan jika kami nekad menembus jalan berbatu itu. Yang pasti saya bahagia sekali kami sudah putar balik, karena saya kebelet pipis:p Haduh! Di jalan kiddos#2 terlelap tidur, sementara kiddos#1 sempat minta foto dengan para biri-biri. Pemandangan di jalan menuju paradise ini memang spektakuler, didukung oleh cerahnya matahari pagi itu.
Sayangnya masih dibatasi pagar antara kiddos dengan para biri-biri |
Kami kembali ke Glenorchy town center, dan setelah my awaited toilet break, kami langsung menuju dermaga dengan rumah merah yang menjadi icon Glenorchy. Sayangnya situasi yang syahdu ini tidak didukung dengan kemudahan mengambil gambar dengan kiddos. So these pictures were the best that we could get:p
group picture yg gagal:p |
a family picture at Glenorchy |
Terus..ngapain aja sih di Glenorchy? Selain sibuk narsis, kita bisa berenang (but it was too cold), memanjat pohon besar-besar, main di sungai, atau sekedar melamun menikmati ketenangan dan keindahan alam. Glenorchy is a really facsinating place!
sibuk masing-masing nih judulnya hehe.. |
Waktu makan siang tiba, kami memutuskan untuk kembali ke Queenstown dan langsung menuju Queenstown Mall. Yang dimaksud dengan Mall adalah kompleks pertokoan yang dapat dinikmati dengan berjalan kaki santai. Di ujung mall terdapat area Esplanade dimana kiddos dapat bermain dengan angsa. Bener kan, kota Queenstown ini cantik banget? Siang itu kami makan di restoran The Cow, I had the best pizza ever!
ini nih yg namanya The Mall |
yuk kasih makan angsa dulu |
The Cow, resto mungil dengan pizza yang mantap |
Kiddos minta berenang di Lake Wakatipu setelah semua makanan yang kami pesan habis. Kami pun berjalan ke sana, duduk di bawah pohon yang rindang, sementara kiddos main di tepian danau. Sayangnya kami lupa membawa pelampung dari Jakarta, jadi kiddos tidak bisa berenang ke tengah danau. Walaupun matahari bersinar terik, air danau tetap dingin seperti air es. But kiddos enjoyed it very much.
betah berlama-lama duduk di tepian Lake Wakatipu |
Walaupun tinggal di hotel yang jauh dari danau, tidak perlu khawatir karena tersedia toilet umum di dekat danau untuk tempat ganti baju. Pintu toilet ini dikunci dan dibuka dengan menekan tombol. Kiddos pun kagum dan bertanya lebih lanjut, "Kok kunci WC nya otomatis sih Bun?" Saya jawab bahwa New Zealand itu negara maju, karena itu banyak hal yang ada di New Zealand tapi belum ada di Indonesia. Dan saya ingatkan kalau mereka mau membuat Indonesia menjadi negara maju, mereka harus belajar dengan baik di sekolah. Agar ketika besar nanti bisa membuat Indonesia menjadi negara maju. Semoga pesan ini akan selalu mereka ingat.
Toilet umum otomatis, bersih dan gratis |
Setelah mengakhiri sesi berenang dan ganti baju di toilet umum, kami kembali ke hotel untuk mandi dan sholat. Sangat sulit meminta kiddos tidur sebelum matahari terbenam. Jadi daripada mati gaya, malam sekitar jam 19.30 kami berangkat ke Skyline Gondola yang terletak hanya 5 menit dengan mobil dari hotel. Kami terlambat sedikit sehingga tiket untuk naik Luge sudah tidak dijual. Dan karena kiddos dan Emir sudah excited akan naik gondola, kami putuskan malam itu kami naik gondola walaupun tanpa naik luge. Niatnya sih supaya mendapatkan suasana malam Queenstown yang akan kami lihat dari Bob's Peak.
Saya membayar family ticket dengan harga NZD 76 (mahalnya!), lalu naik gondola. Kiddos sangat menikmati berlarian dan berguling di hamparan rumput empuk di Bob's Peak sementara saya menggigil kedinginan:p Impian melihat lampu Queenstown menyala dari atas bukit pun sirna sudah karena kami tidak kuat menahan angin kencang dan dingin sekitar jam 9 malam. Dan matahari belum juga terbenam.
Di dalam gondola |
Gondola antik jaman dulu, kiddos naik imitasinya |
ada yang menikmati Bob's Peak |
Hari kedua yang sungguh berkesan di Queenstown, kami harus menyimpan energi untuk menikmati hari terakhir kami di Queenstown esok harinya.
written on January 14, 2014 by @tesyasblog
Previous Post:
No comments:
Post a Comment